Laman

Rabu, 02 Oktober 2013

Puisi



IA TAHU SEGALANYA, KARENA IA ADALAH SEGALANYA
Mata ini dapat melihat
Telinga ini dapat mendengar
Bibir ini masih dapat berucap
Tubuh ini masih dapat berfungsi seutuhnya
Dan, dan Hati ini masih dapat merasa
Lalu, bagaimanakah aku akan dapat memungkiri karuni-Nya?
Ketika kusadari segala pemberian-Nya
Kusyukuri segala rahmat-Nya
Adakah yang lebih kubutuhkan daripada hal ini?
Tak ada lagi, tak ada, tak!!

Banyak menjadi satu, satu dari banyak untuk menuju yang hakiki
Tak perlu berdebat, tak perlu kompromi untuk menanyakan kesetiaanku
Karena itu tujuanku, itu impianku, itu hidupku.

Bagaimana aku harus memaknai kehidupanku?
Bagaimana aku bisa memanfaatkan semuanya untuk mencapai impian lainnya?
Sedangkan yang sesungguhnya ada pada tahta-Nya.
Kesempurnaan ada pada kuasa-Nya
Oh, aku tak bisa menunjukkan penghianatanku, karena Ia melihat hingga pori terkecil
Aku pun tak bisa menunjukkan pengabdianku, karena semua ingin menjadi terbaik dimata-Nya.
Tapi, Ia tahu segalanya, karena Ia adalah segalanya.

Aku malu menghadap padanya. Aku takut memohon padanya
Karena dosaku yang menggunung mengbuatku berkecil
Yah, belum terhitung dosaku yang tak kusadari.
Aku ingin bertumpu dan berkiblat pada-Nya
Aku ingin Ia memberiku anak panah.
Sungguh, niat itu lari bersembunyi pada gelapnya malam
Padahal ia indah diantara bintang
Saat raja siang hadir, ia bersembunyi diantara sinar
Padahal ia rupawan diantara pelangi
Aku ingin menjadi hamba yang berserah
Tapi, Ia tahu segalanya, karena Ia adalah segalanya.

Apakah yang masih perlu kukhawatirkan?
Janjinya tak terpungkiri
Pengampunannya tak terelakkan
Ia tahu segalanya, karena Ia adalah segalanya.
Tapi,
Kekhawatiranku,
Kecemasanku,
Ketakutanku,
ada pada diri ini.
Bagaimana menjaga amanah-Nya?



Tidak ada komentar:

Posting Komentar